Jumat, 11 September 2015

Perempuan itu Harus Tetap di Rumah ?

Tadi pagi, ada seorang teman yang bercerita tentang dirinya yang dikirimi dengan nasihat bahwa perempuan harus di rumah. Rasanya banyak orang yang menganggap bahwa perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ia tidak bertanggung jawab terhadap nafkah keluarganya. Maka dia lebih baik di rumah sesuai dengan kodratnya.


Jangan hanya melihat dari satu sisi, lihatlah sisi baiknya ketika perempuan memilih untuk bekerja di luar rumah. Tidak bermaksud menyalakan, namun saya akan mengajak berfikir bahwa perempuan bekerja pun tidak salah.

Tidak ada perbedaan

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

Dan katakanlah : Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang - orang mukmin...” (QS. At-Taubah:105).
Allah tidak membeda - bedakan laki - laki dan perempuan untuk bekerja. Dari ayat diatas, setiap laki - laki dan perempuan diperbolehkan untuk bekerja. Sebagian mengartikan itu adalah perbuatan aman, pekerjaan amal. Niatkanlah bekerja hanya untuk ridho dan rahmat Allah. Bukankah pekerjaan tersebut akan menjadi amal??.

Tahu kah kalian bahwa instansi - instansi yang menyediakan pekerjaan, kebanyakan posisi strategisnya dipegang oleh orang - orang yang tidak perduli dengan agamamu, atau bahkan lebih parah lagi mereka adalah musuh agamamu. Semakin lama mereka akan semakin mempersulit ibadah - ibadah orang orang muslim di dalamnya. Bayangkan ketika kita masuk ke instansi tersebut dan kita bisa berdakwah, kalau bisa kita yang menempati posisi strategis tersebut, hingga sistem di dalamnya berjalan lebih islami.

Masalah selanjutnya laki - laki mestinya akan sulit mendekati dan berdakwah pada lawan jenisnya. Bukankah lebih mudah jika kita yang berdakwah? Sesama perempuan justru akan lebih mudah dekat, dari sana banyak sekali ladang dakwah yang sering orang abaikan.

Perempuan tidak boleh keluar rumah?

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الجَاهِلِيَّةِ الأُولَى

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang - orang jahiliyah... ” (Q.S. Al-Ahzab: 33)

Terjemah dari ayat di atas belum menjadi kesepakatan utuh semua ulama, karena justru sebagian ulama lainnya dalam hal ini lebih berpegang kaidah sebaliknya; al-ibrotu bikhusus as-sabab la biumum al-lafzh; bahwa sebab yang khusus harus lebih diambil ketimbang keumuman lafazh. Namun diluar itu semua para ulama menyepakati bahwa perintah untuk berdiam diri di rumah itu bukan harga mati tanpa adanya pengecualian. Karena potongan ayat berikutnya memberikan kepada kita isyarat bahwa bahwa istri-istri nabi dan perempuan lainnya pun boleh keluar rumah. Buktinya istri - istri nabi dan para sahabat ada yang keluar untuk berdagang bahkan ada yang ikut berperang.

وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”

Hal tersebut tidak mutlak melainkan Allah memberikan syarat jika perempuan keluar rumah, maka mereka harus menjaga diri dengan tidak berhias dan bertingkah laku seperti orang - orang jahiliyah.

Kata tabarruj yang dimaksud adalah berhias yang berlebihan di luar rumah. Jika para perempuan itu berhias didalam rumah untuk suaminya, bahkan berlebihan sekalipun masih dibolehkan. Llau mekai wewangian berlebihan ketika di luar rumah. Wanita dilarang untuk mekai wewangian berlebihan sehingga ketika ia berjalan tercium wanginya. Tetapi jika dilakukan dirumah itu diperbolehkan. Jadi dari potongan ayat ini bisa kita pahami bahwa berdiam diri di rumah itu bukan tanpa pengecualian, namun ternyata para perempuan itu boleh keluar dari rumahnya jika ada kebutuhan yang penting dan keluar rumahnya dengan memperhatikan adab - adab keluar rumah, dan ini yang diungkap oleh ulama-ulama tafsir kita dalam banyak kitab mereka.

Apalagi sekarang ini kaum perempuan harus siap keluar rumah untuk kebutuhan pendidikan mereka, dan ini dinilai menjadi kebutuhan yang paling penting yang harus diusahakan tercapai, bahwa kaum perempuan harus cerdas dan berilmu pengetahuan. Bukankah kita sebagai perempuan dituntut harus cerdas dan berpendidikan untuk menjadi madrasah bagi anak - anak kita?.

Kodrat perempuan adalah menjadi ibu rumah tangga

Tidak ada yang menyangkal bahwa perempuan mempunyai tanggung jawab pada anak - anak dan suaminya. Tugas yang berada dipundaknya tidak lain adalah menjadi madrasah pertama bagi anak - anaknya dan tidak menitipkannya pada seorang assistant rumah tangga. Menghidupkan rumah dengan keceriaan, kasih sayang dan mengatur segala keperluan di rumahnya.

Dewasa ini sudah banyak cara untuk memecahkan persoalan ini. Walau para perempuan terpaksa meminta bantuan kepada assistant rumah tangga, tetap anak menjadi prioritas utama bagi ibu, tidak menyerahkannya kepada orang lain. Bahkan saya mempunyai beberapa kisah dimana working mom masih bisa mengurus semuanya sendiri tanpa bantuan siapapun.

Bisa kan bekerja namun tetap di rumah?

Jawabnya, ya sangat bisa. Tapi ini adalah sebuah pilihan bagi seseorang. Bahkan Allah sudah mengatakannya di surah Al isra ayat 84.

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا

Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (QS. Al -Isra :84)

Tidak semua orang Allah berikan kelebihan untuk pandai berdagang. Tidak semua orang Allah berikan kelebihan untuk dapat mengajar dan menjadi ustadzah di pengajian pengajian. Allah menurunkan potensi yang berbeda - beda pada makhluknya. Dan dari ayat diatas, kita diperintahkan untuk berbuat sesuai dengan keadaannya masing - masing. Ketika kita mempunyai keadaan dimana potensi kita hanya bekerja di luar rumah, salahkah kita tetap berikhtiar? bukankah bekerja di kantor pun tetap di katakan ikhtiar?

Maka Allah pun tidak pernah melarang ikhtiar apapun dari seorang hambanya. :)

Kamis, 10 September 2015

The Door is Still Closed

Pindah dari zona nyaman adalah pilihan. Aku kita kepindahanku ini akan mengantarkanku pada lingkungan yang dapat bersahabat denganku. Nyatanya tidak, zona nyaman yang dulu ada, hanya menjadi bayang-bayang dimana aku bertanya pada diriku. Apa yang salah denganku?

Dulu aku berada diatara orang - orang yang menurutku tidak open mind. Dulu aku memilih mundur dan hanya berinteraksi seperlunya. Aku ingin kondisi yang ideal. Dimana semua orang berteman dan bersosialisasi tanpa melihat suku dan agama. Tanpa harus ada yang merasa tersingkirkan ketika mereka dirasa berbeda. Padahal perbedaan itu yang bisa membuat kita kaya akan rasa, kaya akan ide, kaya akan pelajaran hidup yang dapat diambil. Namun, kenyataan berbeda, nyatanya perbedaan hanya menjadi alasan mengapa ada orang - orang yang tersingkir atau memilih menyingkir.


Hari ini, aku berdiri ditempat yang sunyi. Bukan karena tak ada satu orang pun, tapi karena aku berbeda. Aku berharap hijrahku menjanjikan lingkungan yang lebih baik. Namun aku salah. Lagi - lagi aku berada di tengah orang - orang yang tidak open mind. Atau aku yang tak bisa membawa diri untuk bergaul? Rasanya tidak. Aku memiliki banyak teman teman di luar ruangan ini. Tapi di ruangan ini aku merasa sendiri.

Aku tak lagi seperti dulu, aku tak lagi menyingkir. Aku berusaha keras untuk bisa berdiri diantara mereka. Tapi aku merasa gagal. Aku merasa sendiri tanpa tempat berlindung. Aku berusaha berinteraksi dengan normal, nyatanya sering kali tak dianggap. Apa yang salah? apa karna aku bodoh dan banyak bertanya? bukan kah kita sama sama dalam ketidak tahuan? atau karna aku tidak seberuntung kalian yang bisa membeli apa yang kalian mau? ah ya aku memang tak bisa mengikuti gaya hidup kalian. Aku tida bisa. Tapi aku disini, mengetuk pintu yang tak pernah terbuka untukku.

Namun, Pintu itu tetap tertutup.

Rabu, 09 September 2015

Hidup Itu Selalu tentang Kotak - Kotak

Aku melangkah masuk menuju ruangan yang tidak banyak orang disana, yang aku tahu ruangan itu masih satu bagian, masih satu tubuh dengan gedung ini. aku mulai mengoprasikan satu komputer yang biasa digunakan pemantauan, bukan bagianku memang.

Aku : Permisi mba, aku pinjam ya mba, mau ngambil data.
Apa yang seharusnya ia katakan ketika bagian dari tubuhu meminta bantuan?

Dia : Lho.. kamu bukannya bagian itu ya, bukan disini kan?

Aku : Saya sebagian disini koq mba.

Dia : Oh gituuu

Jadi seandainya saya bukan bagiannya, saya tidak boleh menggunakan komputer dan mengambil data? rasanya ini sudah memasuki tahun 2015. Tetapi masih aja ada orang - orang yang berfikir terkotak - kotak. Walau kita satu tubuh, kamu namanya tetap kaki, kamu tangan, kamu kepala. Tidak kah pernah berfikir bahwa kita satu tubuh. Kita bergerak, kita hidup dengan porsi yang lengkap, tapi justru kita yang mengkotak - kotakannya.

Layaknya manusia, ketika kita berjalan, ada yang melangkah yaitu kaki, ada yang melihat jalan yaitu mata, ada yang berfikir tujuan kita kemana yaitu otak. Kita berjalan beriringan karena kita satu tubuh, seharusnya kita bekerja sama. Lagi - lagi tentang ego, lagi - lagi tentang pengkotak - kotakan. Padahal tujuan kita sama, padahal kita berada di tubuh yang sama, apa salahnya saling membantu? apa salahnya belajar peduli? apa salahnya sama - sama beriringan menuju tujuan tersebut. Bukankah akan lebih mudah apabila kita bekerja sama? Bukankan akan lebih cepat untuk mencapai tujuan ketika kita bersama?

Kadang pengkotak - otakan hanya akan mebuat pikiranmu menjadi sempit. Kadang pengkotak kotakan hanya akan menjadikanmu egois dan tidak berempati. Kadang tujuan ita hanya akan menjadi sebuah impian dengan kotak - kotak tersebut. Anehnya kamu bukan intropeksi malah sibuk menyalahkan.
Ya.. kadang kemajuan teknologi tidak berbanding lurus dengan kemajuan kepribadian kita. Kadang tingginya jenjang pendidikan kita tidak berbanding lurus dengan pola pikir kita.
Sekali lagi berfikir, siapa yang salah? Aku, Mereka, atau Sistem?


Senin, 07 September 2015

Ego is... Salah siapa?

Egois itu.. mementingkan dirinya sendiri. Semua yang ada di sekitarnya harus memuji dirinya tanpa terkecuali. Dia harus menjadi pusat perhatian dimanapun kapanpun dan bagaimanapun caranya. Atau kalian punya definisi sendiri? rasanya definisi itu tak akan jauh jauh dari yang saya kemukakan bukan?


Mungkin kita berasal dari latar belakang yang berbeda, pola pikir berbeda, bentukan lingkungan yang berbeda dan pola didik orang tua yang berbeda. Namun, seharusnya dengan bertambahnya umur bertambah pula kedewasaan kita. Termasuk tingkat emosional kita yang bisa mengendalikan perasaan kita, terutama egois. Umur tak lagi muda tapi terkadang sifat kekanak-kanakan baru saja muncul, atau egois sudah tak lagi pada tempatnya.

Ceritanya, aku dan teman - teman mengikuti diklat Prajabatan di salah satu instansi yang menyediakan layanan pusdiklat di Jakarta. Dengan demikian, kalian pun akan berfikir bahwa kami akan membawa nama baik instansi tempat kami bekerja, bukan lagi nama kami pribadi. Sekarang kami harusnya dapat bekerja sama dan menjaga nama baik instansi tempat kami bernaung, bukan lagi sendiri, bukan lagi tentang "aku", siapa yang terbaik atau siapa yang terburuk.

Ada seorang teman, sama-sama sudah dewasa, sama-sama sudah bukan anak kecil lagi. Ketika ia mendapatkan informasi, ia simpan rapat-rapat untuk dirinya sendiri. Ketika dia mempunyai bahan pelajaran yang disampaikan di kelas, dia hanya menyimpan untuk dirinya sendiri, sering berpura-pura belum selesai mengerjakan tugas, dengan harapan teman yang lainnya santai tidak mengerjakan. Dan ketika itu terjadi dia akan berteriak, "aku udah dong" sambil cari perhatian ke widyaiswara (dosen). Hellowww ade yang.. ehem cantik (boong dikit), ini bukan kampus, ini bukan sekolahan dimana kamu menunjukkan eksistensimu dengan cara yang kekanak-kanakan. Kita disini berdiri bersama-sama diinstansi dan membawa nama baiknya di pundak kita. Helloww ade yang cantik, kamu ingin menjadi terbaik namun ada yang terburuk di instansi yang sama, apakah kamu tidak malu? Tahu kah kamu, karna cerita tersebut, namamu sudah tak sebaik dulu lagi? kamu punya teman tetapi tidak akan mempunyai teman baik, teman akrab yang betah disisimu berpuluh puluh tahun.


Ini adalah contoh bahwa egois hanya akan mengantarkanmu bukan pada kesuksesan dan keakuan yang kita harapkan. Namun egois akan membawamu kepada titik nol, titik dimana kamu hanya akan menjadi manusia individu penjilat, bukan manusia sosial. Nilai-nilai pancasila yang ditanamkan sudah menjadi bias, bahkan hanya beberapa jam bahkan menit setelah keluar dari kelas diklat prajabatan. Ego hanya kebodohan yang kita sombongkan, ego hanya perasaan ketidakmampuan yang ingin diakui dunia, ego hanya perasaan kesepian yang ingin kita tutupi.

Sebenarnya sifat egois dibentuk sejak kita kecil lalu diasah disetiap jenjang pendidikan, semua tentang angka, semua tentang siapa terbaik, semua tentang kecerdasan yang hanya dilihat dalam selembar berisikan angka-angka. Lalu, apakah yang sudah kita lupakan? ya, agama, moral dan budi pekerti.

Rabu, 01 Juli 2015

Realita = Idealisme

Terkadang kita harus mengedepankan idealisme kita apabila kita menghadapi sesuatu yang salah. Apapun risikonya. Tapi terkadang kita harus berdamai dengan kenyataan bahwa idealisme kita harus berkompromi dengan realita yang ada.

Kita harus berkompromi dan beradaptasi dengan realita yang ada. Ya, karena tidak mungkin kita mengharuskan (dengan kata lain mengontrol) orang lain selalu mengikuti kemauan kita. Tetapi kita dapat dengan penuh mengontrol diri kita sendiri.

Apabila kita memasuki suatu sistem, kita harus mengikutinya. Mungkin kadang kala kita tidak menyetujui sistem tersebut, namun bersabarlah dan ubah sistem tersebut perlahan dan dari dalam. sehingga semua orang setuju dengan sistem yang kita inginkan. Bukan memusuhi sistem tersebut.

Mencoba berdamai itu sulit, Mencoba berteman dengan keadaan itu pun sangat sulit. Tetapi mencoba mengenal dan perlahan mendekat itu tidak ada salahnya. Jangan merusak hidupmu dengan menjauhkan diri dan menjadi apatis. menjadi Idealis bukan berarti tampa kompromi dengan kenyataan, tetapi jangan lupakan dan hancurkan idealisme tersebut, karena idealisme adalah benteng kita.

Senin, 20 Januari 2014

Friends


Tiba-tiba teringat sahabat-sahabatku yang selalu ada.. selalu memberikan warna.. merah, jingga, hijau, biru, kelabu.. selalu memberikan rasa.. asam, manis, pahit, getir.. selalu memberikan semangat..
Mari saya perkenalkan satu-satu temen unik.. yang menemani saya selama saya kuliah.. :)


Ada yang hobinya ngeplakin kepala, sombongnya nauzubillah, menurut survey dari satu orang katanya dia berasa pinter dan lulus cepet (red : padahal sama lamanya).. piss..
Tapi baiknya juga nauzubilah (tapi kadang-kadang).. hehehehe.. dia menyebut dirinya sendiri "the extra ordinary girl"...

Ada yang gila, yang ngerasa banget kalau dia cowo paling cool dan paling ganteng (gangguan telinga).. "katanya" banyak cewe yang suka karena peletnya ada di kawat gigi.. kawat giginya di lepas?? ok let see, fansnya ilang apa gak.. :)
Menurut komentar dibawah, dia adalah cowok paling galauan, sedikit sedikit galau, sedikit sedikit galau.. paling lucu adalah dia yang bikin orang lain galau, ternyata dia yang galau akut.. hehehhe xp

Ada yang spesial.. :p
yang ini pokoknya spesial, bisa bikin ketawa ketawa sendiri, nangis tiba-tiba, kesel mendadak, kangen setengah idup (Red : bukan setengah mati, biar positif tulisannya), dan bikin pengen mimpi terus (kaya obat tidur)..

Kedua sahabatku dari SMA..
paling awet, paling gila, paling stupidity.. dan paling susah ketemu.. mau ketemu mereka kayak mau ketemu ibu negara yang janjiannya harus enam bulan sebelumnya, itu aja kalau gak lupa (satunya sok sibuk, yang satunya pelupa).. berarti gak salah kan kalau nama "geng" kita stupidity.. :)

Ada yang paling muda, sebut aja si raja pilem.. hardisk satu tera bisa habis tinggal beberapa kilobyte, dan isinya semua adalah pilem.. -.-"
paling aneh, soalnya suka marah marah sendiri di sosmed.. padahal orang yang dimarahin aja gak baca sosmed (red : ngenes)..

Dan yang terakhir, paling galau nikah...
kalau orang belum punya kerjaan mah, nyari kerjaan, galau mau kerja dimana.. tapi dia unik.. ngitung biaya nikah, alhasil makin galau mau nikah kapan.. hahhaha.. piss.. :)

Well.. mereka semua teman-temanku.. tapi jangan anggap aku aneh karena sahabatan sama mereka yang aneh ya.. :)
Hari ini tiba-tiba teringat.. suatu saat kita akan pisah, dunia yang beda, susah ketemu, susah kontak.. udah beda kota.. dan banyak hal lainnnya yang emang karena kita udah long distance..
Tiba-tiba berasa kayak bakal kehilangan.. tapi kita tetap kita.. persahabatan ini akan tetap ada koq.. selama ada yang namanya teknologi.. :) ya kecuali kalau ada salah satu dari kita tinggal di gua.. -.-"
Love u All..

Rabu, 15 Mei 2013

Selalu Ada Pelajaran

Saya merasa sedikit tertegur oleh bacaan-bacaan singkat malam ini, atau mungkin Allah sengaja menggerakkan tangn-tangan ini untuk membuka tulisan-tulisan tersebut? sengaja memberitahukan diri ini untuk segera membenahi diri?. Entahlah...

Saya merasa tersadar bahwa saya...

Mendapat pelajaran untuk lebih banyak bersyukur, lebih banyak lagi berbuat, lebih banyak lagi bermanfaat, mengingat saya dikelilingi oleh orang-orang hebat. Tidak perlu saya sebutkan satu persatu, tapi mereka adalah orang-orang yang hebat, yang dapat menginspirasi saya dengan kapasitas masing-masing.

Mendapatkan pelajaran bahwa kita khususnya saya adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, dimana saya tidak akan dapat hidup sendirian. Butuh teman, butuh beradaptasi, butuh tempat, butuh pengalaman, butuh pelajaran, butuh nasihat, dan orang-orang disekitar saya lah yang menyediakan itu semua. Bukan hanya orang-orang yang menyayangi saya bahkan orang-orang yang menbenci saya.

Mendapatkan pelajaran bahwa tanggung jawab bukan hanya melulu tentang kuliah. Tapi tentang bagaimana mengatur tanggung jawab-tanggung jawab lainnya yang seharusnya dapat seiring sejalan.

Mendapat pelajaran bahwa ruhiyah harus selalu ditingkatkan dan dijaga, agar nantinya berefek pada kehidupan. Ruhiyah? shalat, shadaqoh, tilawah, Shaum (puasa), dll. Berefek setidaknya untuk menjaga diri ini, mungkin jangan terlalu berharap orang lain merasakan efeknya. Setidaknya diri ini, perilaku ini, hati ini, lisan ini, hidup ini dapat dikontrol untuk lebih baik, dengan ruhiyah yang lebih baik pula.

Mendapatkan pelajaran bahwa tidak ada satu orang pun yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama. Komunikasilah yang dapat membuat kita mengerti satu sama lain. Mengerti akan menjadikan empati. Jangan melulu tentang bagaimana orang bersikap pada kita, tapi bagaimana kita bersikap pada orang lain.

Mendapatkan pelajaran bahwa hati ini harus terus di upgrade. Jangan biarkan hati ini membeku, apalagi menghitam karena sifat dan hati yang buruk. “Jika kita merasa besar priksa hati kita mungkin hati kita sedang bengkak karna penyakit hati yang sudah parah. Jika kita merasa suci coba periksa jiwa kita mungkin itu putih karna nanah dari luka nurani kita. Jika kita merasa tinggi coba periksa batin kita mungkin ia sedang melyang kehilangan pijakan. Jika kita merasa wangi coba periksa ikhlas kita mungkin itu bau asap dari amal shalih kita yang hangus karna riya”

Mendapatkan pelajaran bahwa orang yang mempunyai masa lalu yang buruk, bukan berarti dia mempunyai masa depan yang buruk pula. Mungkin ia akan lebih memaknai hidup ini, akan lebih memandang bijak hidup ini, akan lebih berusaha membenahi diri, bahkan disaat kita sibuk berkomentar negatif tentangnya.

Mendapatkan pelajaran bahwa semuanya butuh proses, dan tidak ada yang instan. Karena sesuatu yang instan tidak akan mendatangkan manfaat lebih, bahkan hanya menimbun penyakit pada diri ini. Seperti layaknya mie instan. Karena proses akan memperkenalkan kita pada perjuangan, pertahanan, pelajaran panjang, dan sesuatu yang berujung manis.

Mendapatkan pelajaran bahwa menjadi pemimpin bukan menunjuk tapi mengayomi, bukan memerintah tapi memotifasi, bukan mendikte tapi memastikan, bukan kasar tapi tegas, bukan lembek tapi lembut, bukan mengajari tapi berbagi, bukan harus menangani masalah remeh tapi tetap memeriksa masalah yang selau dianggap remeh. Dan tidak ada satu bagianun yang sebenarnya remeh.

Dan mungkin masih banyak lagi yang harus dipelajari dalam setiap detiknya, dalam setiap kata-kata, dalam setiap peristiwa, dalam setiap langkah, dalam lingkungan tempat kita berpijak, dan dalam individu-individu disekitar kita.

Sabtu, 04 Mei 2013

Kontrol Diri


Teringat obrolan dengan seorang sahabatku beberapa waktu yang lalu. Kami membahas tentang kekuatan seseorang untuk mengontrol pikirannya dan dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya terkait dengan orang lain. Kontrol diri tersebut ditentukan oleh bagaimana pola pikir kita terhadap masalah dan sikap yang kita ambil untuk menyelesaikan masalah.
Salah satu masalah yang diangkat adalah mungkin sebagian orang akan merasa tersinggung dan jengkel apabila ada orang yang berkomentar negatif tentang kita. Apalagi jika sebuah forum sengaja dibuat untuk memberikan komentar-komentar tentang diri kita. Lalu sebagian orang akan merasa dirinya telah dihina, dicela, dan mungkin merasa nama baiknya tercemar. Stop pikiran tersebut karena pikiran-pikiran tersebut yang akan membuat hati kita merasa lelah. Yang terparah adalah akan menimbulkan blaming terhadap orang lain, dan yang terparah adalah merasa dirinya selalu menjadi korban.
Mungkin kita pernah mendengar tentang kisah Luqman yang menunggangi keledai bersama anaknya, dimana didalam perjalanan mereka selalu mendapatkan komentar yang berbeda-beda. Jangan salah persepsi dengan kisah ini, karena hikmah dari kisah ini penerapannya berbeda dengan kasus diatas. Hikmah dari kisah ini adalah, jangan kita hanya mengambil pertimbangan hanya dari komentar komentar orang lain, melainkan kita kembalikan semuanya kepada tuntunan Allah.
Ya, memang kita tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang yang ada disekitar kita. Tapi bukan berarti juga jika kita tidak introspeksi diri atas diri kita. Mungkin saja bukan apa yang mereka katakan atas diri kita ini adalah benar, dan mungkin butuh pengkoreksian disana. Karena semua bentuk kritik dan komentar dapat membangun diri ini menjadi pribadi yang lebih baik lagi jika kita mau menjadikan itu semua sebagai awal dari introspeksi diri.
Jangan menjadi seseorang yang berfikir bahwa orang-orang disekitar kitalah yang harus mengerti kita. jangan berfikir bahwa semua harus seperti yang kita harapkan. Karena hal yang paling sulit adalah mengubah orang lain. Karena hal yang lebih mudah dilakukan adalah bukan mengubah orang lain, bukan mengubah keadaan disekitar kita menjadi seperti yang kita inginkan, tapi yang paling mudah adalah mengontrol diri untuk mengambil sikap yang bijak. Semakin baik kontrol diri, semakin baik sikap yang akan kita ambil.
Inilah gunanya untuk mengontrol diri, kita bisa mengubah semua hal yang menyebalkan menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Attitude


Saya tergelitik untuk membahas tentang attitude atau sikap yang mungkin sering kita lupakan arti pentingnya.
Attitude adalah sikap, tingkah laku atau perilaku seseorang dalam berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan sesama manusia. Sering kali kita menganggapnya adalah sebuah kesopanan, tapi sebenarnya kesopanan adalah bagian dari attitude. Orang yang sopan belum tentu mempunyai attitude yang baik, namun orang yang memiliki attitude yang baik sudah pasti dapat berperilaku sopan.
Attitude tidak saja terbentuk dari pengaruh di dalam diri (seperti persepsi yang ada di benak kita), melainkan juga dari luar, seperti pengaruh teman, televisi, dan sebagainya. Kata-kata yang sering kita lontarkan, atau kalimat orang lain yang suka kita dengarpun turut membentuk sikap kita. Kemudian, sikap tadi membentuk kebiasaan atau behavior; tindakan atau aktivitas sehari-hari.
Attitude sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Contoh yang paling dekat adalah pada pergaulan kita. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, yang paling melekat di ingatan oranglain adalah attitude kita. Orang tersebut tidak akan mengingat detail apa yang kita kenakan, tapi orang lain akan detail menilai attitude kita. Karena Attitude lebih penting daripada penampilan, karunia, kecerdasan dan keahlian yang kita miliki. Tanpa Attitude yang baik, maka tidak berguna keempat hal yang kita miliki tersebut.


Apabila kita memiliki attitude atau sikap yang buruk, jangan harap orang-orang disekitar kita akan respect terhadap kita. Bukankah kita sendiri juga akan lebih menghargai orang lain dengan attitude yang baik.
Apakah Attitude dapat diubah? jawabannya tentu bisa. Kita dapat mengontrol attitude kita agar menjadi attitude yang baik lalu menjadi kebiasaan baru, sehingga kita menjadi pribadi yang menyenangkan. Hal ini diawali dengan menghargai orang lain dan diri sendiri. Menghargai orang lain adalah hal pertama untuk dapat besikap dengan baik pada orang lain, tanpa menghargai orang lain kita juga tidak akan pernah dihargai. Sebagai contoh, kita sering meremehkan orang lain, “Gak banget deh, hari gini, bawa motor aja gak bisa”, “Siapa dia? masa gue harus cape-cape bantuin?”. Kitta ubah pola pikirnya menjadi, “Kalau memang belum bisa, saya bisa membantu”, “Siapapun dia, saya bisa berbuat kebaikan lebih dahulu”. Mari ubah semua pola pikir kita, dari meremehkan orang lain, menjadi menghargai orang lain.
Kemudian selanjutnya kita hanya harus terus mengasah, mengolah, dan membiasakan pola pikir baru kita. Nantinya pola pikir baru ini akan menjadi attitude yang lebih baik dalam diri kita, yang selanjutnya akan menjadi kebiasaan.
Sebuah pepatah mengatakan, “Your attitude, and not your aptitude, will determine your altitude.” Maksudnya, sikap Anda, dan bukan ‘bakat’ (intelegensia, atau ‘skill’) semata, yang akan menentukan ‘ketinggian’ (kesuksesan) Anda. Dari pepatah tersebut kita dapat menyimpulkan sesuatu yang menarik, bahwa attitude sangat berperan dalam menentukan nasib kita

Kamis, 18 April 2013

Distorsi



Mengapa kali ini saya mengambil judul distorsi? mungkin karena banyaknya fenomena distorsi disekitar saya.
Dalam ilmu yang saya pelajari yaitu pemetaan khususnya Proyeksi peta, ada istilah yang sering digunakan yaitu distorsi. Distorsi adalah kesalahan yang terjadi akibat dari bumi yang lengkung dan tidak teratur harus digambarkan atau diproyeksikan pada bidang datar (pada bidang yang dapat kita lihat sehari-hari).
Teorinya seharusnya kita dapat mempresentasikan bumi di bidang datar dengan mudah, seperti kulit bumi yang tinggal dibentangkan saja. Tapi pada kenyataannya bumi itu bulat. Ketika kulit bumi itu dibentangkan seperti kulit jeruk yang kita kupas dan kita bentangkan, pasti tidak akan berbentuk segi empat ataupun persegi panjang. Tapi pasti bagian bagian yang terobek, atau bahkan ada yang terpotong kecil-kecil. Inilah yang disebut Distorsi.
Distorsi inilah yang terjadi ketika objek di permukaan bumi harus di petakan atau diproyeksikan terhadap bidang datar. Bentuk yang ada di bidang datar itu sesungguhnya tidak pernah secara sempurna mewakili obyek yang ada di permukaan bumi. Yang dapat dilakukan adalah meminimalkan kesalahan atau distorsi itu bukan menghilangkannya sama sekali. Dengan apa? Kami menyebutnya proyeksi peta. Proyeksi peta pada dasarnya adalah cara memindahkan obyek yang tadinya di permukaan lengkung sehingga tergambar di permukaan datar.
 Dan tentu saja seperti contoh  diatas, kelihatannya akan mudah untuk menggambarkan permukaan bumi diatas peta?.
Begitu juga dengan manusia, manusia akan menyangka akan begitu mudah mempraktikkan sesuatu hal apabila hanya ada di benaknya saja. Tapi akan sulit apabila ia melakukannya sendiri pada kesehariannya, dimana kita bisa melihatnya dan menilainya. Banyak teori yang sering kita adopsi, tentang apapun, misalnya tentang bagaimana dia harusnya bersikap, bagaimana ia harus menyelesaikan dari masalah, bagaimana ia harus keluar dari kegalauan, Atau berteori tentang kesalahan-kesalahan orang lain,  tentang kritikan kritikan pada orang lain, tentang bagaimana opini opininya dalam berbagai masalah yag timbul disekitarnya dan lain sebagainya.
Tapi bagaimana dengan proyeksinya pada kehidupan kita? Tidak jarang kita yang mengadopsi teori-teori yang ada akan menjilat teorinya sendiri. Tidak jarang juga teori tersebut tidak dijalankan sama sekali untuk memproyeksikan dirinya didunia nyata. bahkan, tidak jarang teorinya sendiri akan dibantahnya juga sendiri. Ironis memang, tapi sebagaimana teori distorsi, dalam proyeksi tidak akan pernah ditemukan hasil proyeksi yang seratus persen benar. Tapi tugas kita adalah bukan bagaimana kita menghilangkan distorsi yang terjadi tersebut tapi bagaimana kita menjadikan distorsi kita menjadi lebih minimal.